ABORTUS

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA PASIEN DENGAN ABORTUS
Oleh : Km Ita Wirasadi.

A.KONSEP DASAR PENYAKIT
1.Pengertian
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus” berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (www.aborsi.org). Menurut buku ilmu kebidanan, istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (Wiknjosastro, 1991;h.302)
Selain itu aborsi dapat juga didefinisikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum fetus mencapai waktunya dan biasanya terjadi sebelum kehamilan mencapai umur 20-24 minggu. Dalam dunia kedokteran, dikenal tiga macam aborsi yaitu :
a.Aborsi spontan : aborsi yang terjadi secara spontan/tanpa tindakan apapun
b.Aborsi buatan : pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan mencapai 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak)
c.Aborsi terapeutik / medis : pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medic melalui pertimbangan yang matang dan tidak tergesa-gesa.
Dari ketiga macam aborsi tersebut diatas, yang paling berisiko mengalami kegawatdaruratan medis adalah aborsi spontan.

2.Epidemiologi/insiden kasus
Aborsi spontan pada wanita menikah merupakan masalah kesehatan yang tidak diinginkan oleh pasangan suami istri yang bersangkutan, namun aborsi spontan merupakan penyebab terbanyak fetal loss. Diperkirakan insiden aborsi spontan mencapai 10-15% dari jumlah kehamilan (Wiknjosastro, 1991;h.302)

3.Penyebab/factor predisposisi
Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat, kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Factor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan antara lain :
1)Kelainan kromosom
Kelainan yang paling sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan seks
2)Lingkungan kurang sempurna
Lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu
3)Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dapat mempengaruhi hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
b.Kelainan pada plasenta
Oksigenisasi plasenta yang terganggu menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda
c.Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus, malaria dan pielonefritis dapat menyebabkan abortus.
d.Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, miomata uteri atau kelainan bawaan dapat menyebabkan abortus. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 adalah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan serviks, dilatasi serviks berlebihan, atau robekan servik luas yang tidak dijahit.
e.Trauma baik yang disengaja maupun tidak disengaja

4.Patologi/patofiologi terjadinya abortus
Berbagai macam etiologi yang telah disebutkan diatas tadi mengakibatkan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis. Perdarahan ini kemudian diikuti oleh nekrosis dijaringan sekitarnya. Nekrosis menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga menjadi benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut dan kontraksi ini biasanya disertai dengan rasa nyeri yang amat hebat. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam, sedangkan pada kehamilan lebih dari 8 minggu villi koriales telah menembus desidua lebih mendalam sehingga umumnya plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan (Wiknjosastro, 1991) .

5.Klasifikasi
Menurut Emergency Nursing Core Curiculum, 2000, abortus spontan dapat diklasifikasikan menjadi enam, diantaranya :
a.Threatened : abortus spontan dengan perdarahan vagina minimal dan kontraksi uterus ringan
b.Inevitable : abortus spontan dengan perdarahan vagina sedang dan kontraksi uterus sedang
c.Incomplete : perdarahan vagina berat dengan kontraksi uterus yang hebat disertai adanya pengeluaran hasil konsepsi berupa jaringan yang tidak lengkap
d.Complete : perdarahan vagina minimal dengan kontraksi uterus sedang namun disertai pengeluaran hasil konsepsi yang lengkap.
e.Missed : perdarahan vagina minimal tanpa disertai kontraksi uterus namun ada hasil konsepsi yang mati didalam uterus tanpa disadari
f.Septic : perdarahan vagina disertai bau yang tidak enak, tidak ada kontraksi uterus namun ada demam dan infeksi intra uterine

6.Gejala Klinis
a.Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b.Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
c.Rasa mulas atau nyeri yang hebat karena adanya kontraksi uterus
d.Rasa kram di daerah perut atau di daerah atas simfisis
e.Rasa tertekan pada punggung bagian belakang/pelvic

7.Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin akan didapatkan keadaan umum pasien yang tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau mungkin meningkat.
Pada pemeriksaan ginekologi, saat inspeksi vulva akan ditemukan perdarahan pervaginam disertai dengan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup. Pada colok vagina ditemukan porsio mungkin masih terbuka atau kemungkinan juga sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan

8.Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a.Tes urine untuk mengetahui kehamilan
b.Pemeriksaan Dopler untuk mengetahui denyut jantung janin
c.Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui keadaan janin
d.Pemeriksaan Hb
e.Pemeriksaan fibrinogen pada missed abortion

9.Diagnosis/criteria diagnosis
Diagnosa abortus dapat ditegakkan apabila seorang wanita usia produktif mengeluh mengalami perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid, terdapat rasa nyeri, ditemukan tes kehamilan yang positif, adanya pembukaan cerviks atau ada jaringan dalam kavum uteri atau vagina (Wiknjosastro, 1991) .

10.Terapi/tindakan penanganan
a. Pemberian cairan fisiologik yang disusul dengan transfusi untuk mencegah syok yang mungkin diakibatkan oleh perdarahan yang hebat
b. Setelah syok teratasi dilakukan kuretase diikuti dengan pemberian ergometrin IM untuk mempertahankan kontraksi uterus
c. Istirahat baring membuat aliran darah ke uterus bertambah dan mengurangi rangsang mekanik
d. Pemberian antibiotic pada abortus infeksiosus

11. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi uterus, infeksi serta syok karena perdarahan atau syok karena infeksi berat pada septic abortus

B.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang berkompeten. Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah biologi, psikologi, social klien baik actual maupun risiko, yang timbul secara bertahap ataupun mendadak. Perawat gawat darurat harus mengkaji pasien dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi dengan dokter gawat darurat serta departemen penunjang yang lain. Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

1.Pengkajian
Proses pengkajian gawat darurat dibagi menjadi dua bagian yaitu pengkajian primer (primer assessment) dan pengkajian sekunder (secondary assessment).
a.Primer Assessment
1)Data Subyektif
Keluhan Utama : pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, mengatakan bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh sedih karena kehilangan kehamilannya.
2)Data Obyektif
(a)Airway : Kaji kepatenan jalan nafas dengan look, listen, feel serta kaji suara nafas apakah snoring, gurgling, stridor, wheezing atau ronchi.
(b)Breathing : Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas cepat/lambat. Kaji apakah ada sesak nafas/tidak, gerakan dinding dada simetris/asimetris, pola nafas teratur/tidak, auskultasi bunyi nafas normal/tidak, kaji frekuensi nafas serta penggunaan otot bantu pernafasan.
(c)Circulation : pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang banyak sehingga dapat menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau kesakitan karena nyeri
(d)Disability : pada pasien abortus kemungkinan terjadi kesadaran menurun, syncope, pasien tampak lemah.
b.Sekunder Assessment
1)Eksposure : pasien tampak pucat
2)Five intervention : Tekanan darah menurun, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat
3)Give Comfort : nyeri perut yang hebat, kram atau rasa tertekan pada pelvic
4)Head to toe : meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan ginekologi, menanyakan riwayat kehamilan, umur kehamilan, riwayat penggunaan kontrasepsi, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), riwayat penyakit kronis atau akut, riwayat pengobatan serta riwayat alergi.

2.Diagnosa Keperawatan
a.Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
b.Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak meringis
c.Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan pasien mengeluh sedih kehilangan kehamilannya.
d.Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan granulosit

3.Intervensi Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan gawat darurat kasus aborsi, diprioritaskan dua diagnosa untuk segera ditanggulangi yaitu :
a.Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
(1) Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x.... menit diharapkan syok tidak terjadi.
(2)Kriteria evaluasi :
•Kesadaran pasien CM
•Tanda vital normal
•Syncope tidak terjadi
•Perdarahan tidak terjadi
(3)Intervensi
-Mandiri :
•Observasi Keadaan Umum pasien
R/dengan mengobservasi KU pasien dapat di ketahui apakah pasien jatuh kedalam keadaan syok atau tidak
•Observasi tanda tanda vital
R/penurunan tekanan darah atau denyut nadi yang tidak normal mengindikasikan adanya tanda syok
•Observasi kesadaran pasien
R/ dengan mengobservasi kesadaran pasien dapat diketahui apakah pasien mengalami syncope atau tidak
•Observasi tanda-tanda perdarahan, jumlah, warna, adanya stolsel/gumpalan
R/ dengan mengobservasi tanda-tanda perdarahan dapat dilakukan penanganan segera apabila perdarahan terjadi sehingga terhindar dari syok

-Kolaborasi:
•Kolaborasi dalam pemberian cairan fisiologis
R/ cairan fisiologis berfungsi untuk resusitasi guna mencegah kehilangan cairan lebih banyak lagi
•Kolaborasi dalam pemberian transfusi
R/ untuk mengganti kehilangan darah yang berlebihan akibat perdarahan pervaginam

b.Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak meringis.
(1) Tujuan ; setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x...menit diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol
(2) Kriteria evaluasi :
•Pasien melaporkan nyeri berkurang
•Pasien tampak rileks
•Tanda vital normal
(3)Intervensi
•Kaji tingkat nyeri pasien
R/tingkat nyeri pasien dapat dikaji menggunakan skala nyeri ataupun deskripsi
•Observasi tanda vital
R/tekanan darah terutama akan meningkat bila pasien merasa nyeri
•Kolaborasi dalam pemberian analgetik
R/ analgetik mengurangi nyeri dan membantu pasien merasa rileks

4.Implementasi
Sesuai dengan intervensi

5.Evaluasi
a.Dx 1 : syok tidak terjadi
b.Dx 2 : nyeri berkurang atau terkontrol


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
ENA, 2000, Emergency Nursing Core Curriculum, 5 ED, WB. Saunders Company : USA
Wiknjosastro Hanifa, 1991, Ilmu Kebidanan, PT Gramedia, Jakarta
Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta
http//www.aborsi.org. Diakses pada tanggal 19 November 2009
http//www.medicine.uii,ac.id. Diakses pada tanggal 19 November 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OXYGEN THERAPY (TERAPI OKSIGEN)

Askep Pada Pasien Rabies

STRUKTUR ORGANISASI PPNI