ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LEUKOPENIA DAN AGRANULOSITOSIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Lekopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah daripada normal dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm³. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
Leukopenia adalah berkurangnya jumlah eritrosit di dalam darah, jimlahnya sama dengan 5000/mm³ atau kurang. (Poppy, 2000)
Agranulositosis adalah sumsum tulang berhenti membentuk neutrofil, mengakibatkan tubuh tidak dilindungi terhadap bakteri dan agen lain yang akan menyerang jaringan ( Guyton, 1992 )
Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius yang ditandai dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya neutrofil ( Price Sylvia A, 1995 )
Agranulositosis adalah keadaan yang potensial fatal dimana hampir tidak terdapat leukosit polimorfonuklear atau jumlah granulosit yang lebih rendah dari 2000/mm³ ( Brunner, 2002 )
2. Penyebab
Infeksi virus dan sepsis bakterial yang berlebihan dapat menyebabkan leukopenia. Penyebab tersering adalah keracunan obat seperti fenotiazin (yang paling sering), begitu juga clozapine yang merupakan suatu neuroleptika atipikal. Obat antitiroid, sulfonamide, fenilbutazon, dan chloramphenicol juga dapat menyebabkan leukopenia. Selain itu, radiasi berlebihan terhadap sinar X dan γ juga dapat menyebabkan terjadinya leukopenia.
Penyebab dari agranulositosis adalah penyinaran tubuh oleh sinar gamma yang disebabkan oleh ledakan nuklir atau terpapar obat-obatan (sulfonamida, kloramphenikol, antibiotik betalaktam, Penicillin, ampicillin, tiourasil). Kemoterapi untuk pengobatan keganasan hematologi atau untuk keganasan lainnya, analgetik dan antihistamin jika sering serta makin banyak digunakan.
3. Patofisiologi
Lima jenis leukosit yang telah diidentifikasi dalam darah perifer adalah neutrofil (50- 75%), eusinofil (1 – 2%), basofil (0,5 – 1%), monosit (6%), limfosit (25-33%).
Sel mengalami proliferasi mitotik, diikuti fase pematangan memerlukan waktu bervariasi dari 9 hari untuk eusinofil sampai 12 hari untuk neutrofil. Proses ini akan mengalami percepatan bila ada infeksi. Sumsum tulang memiliki tempat penyimpanan cadangan 10 kali jumlah neutrofil yang dihasilkan per hari. Bila infeksi cadangan ini dimobilisasi dan dilepaskan ke dalam sirkulasi. Neutrofil merupakan sistem pertahanan priemer tubuh dengan metode fagositosis. Eusinofil mempunyai fagositosis lemah dan berfungsi pada reaksi antigen antibodi. Basofil membawa faktor pengaktifan histamin. Monosit meninggalkan sikulasi menjadi makrofag jaringan. Limfosit terdiri dari dua jenis yaitu limfosit T bergantung pada timus, berumur panjang dibentuk dalam timus, bertanggung jawab atas respon kekebalan seluler melalui pembentukan sel yang reaktif antigen. Limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel ini bertanggung jawab terhadap kekebalan humoral.
4. Gejala Klinis
a. Pasien tidak menunjukkan gejala sampai terjadi infeksi.
b. Demam dengan ulserasi merupakan keluhan yang tersering.
c. Rasa malaise umum ( rasa tidak enak, pusing)
d. Tukak pada membran mukosa
e. Takikardi
f. Disfagia
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap : hemoglobin dan hematokrit
b. Jumlah eritrosit : menurun (dibawah 5000/mm³ pada lekopenia dan dibawah 2000/mm³ pada agranulositosis.)
6. Penatalaksanaan
Cara paling efektif untuk menangani leukopenia adalah dengan mengatasi penyebabnya (simptomatik). Belum ada pola makan atau diet yang berhubungan untuk menambah jumlah sel darah putih. Setiap obat yang dicurigai harus dihentikan. Apabila granulosit sangat rendah pasien harus dilindungi oleh setiap sumber infeksi. Kultur dari semua orifisium (misal: hidung, mulut) juga darah sangat penting. Dan jika demam harus ditangani dengan antibiotik sprektrum luas sampai organisme dapat ditemukan. Higiene mulut juga harus dijaga. Irigasi tenggorokan dengan salin panas dapat dilakukan untuk menjaga agar tetap bersih dari eksudat nekrotik. Tujuan penanganan, selain pemusnahan infeksi adalah menghilangkan penyebab depresi sumsum tulang. Fungsi sumsum tulang akan kembali normal secara spontan (kecuali pada penyakit neoplasma) dalam 2 atau 3 minggu, bila kematian akibat infeksi dapat dicegah.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, penurunan semangat untuk kerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea, dispnea pada saat bekerja, letargi, lesu kelemahan otot dan penurunan kekuatan, ataksia, tubuh tidak bergerak, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misal : perdarahan GI kronis, menstruasi berat, palpitasi (takikardia kompensasi), demam diraba hangat, kulit memerah.
Tanda : pada tekanan darah : terjadi peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnrmalitas EKG, mil : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T, takikardi, pada ekstremitas (warna) terjadi pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. Sklera : berwarna biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi). Kuku : mudah patah. Rambut : kering, mudah putus, menipis, hiperemia.
c. Makanan/cairan
Gejala : penurunan pemasukan diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dispepsia, anoreksia, adanya penurunan berat badan, BAB sering.
Tanda : lidah tampak merah (defisiensi asm folat, dan vitamin B12), membran mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut, hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis. Bibir : selitis, misal : inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah, faringitis, ulkus mulut.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik
b. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan iritan kimia: terapi radiasi; kebersihan mukut tak efektif.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat misal : penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan); pertahanan utama tidak adekuat misal : kerusakan kulit, penyakit kronis, malnutrisi.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan.
e. Diare berhubungan dengan radiasi; keracunan; efek samping obat; proses infeksi
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis; gangguan mobilitas; defisit nutrisi.
3. Intervensi
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik
Intervensi :
a) Observasi vital sign tiap 8 jam
Rasional : vital sign adalah salah satu pengukuran untuk mengetahui status kesehatan, salah satunya pengukuran suhu untuk mengetahui terjadinya peningkatan suhu tubuh. Bila panas kadang nadi dan respirasi juga mengalami perubahan sehingga perlu diukur.
b) Beri kompres dengan air hangat pada lipatan paha, ketiak, perut, dan dahi.
Rasional : pemberian kompres hangat merangsang penurunan panas melalui efek kerja konduksi.
c) Beri dan anjurkan banyak minum.
Rasional : air merupakan pengatur suhu tubuh, setiap kenaikan suhu tubuh kebutuhan metabolisme akan air juga meningkat dari kebutuhan biasa.
d) Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis hindari penggunaan selimut yang tebal.
Rasional : baju tipis akan mudah menyerap keringat sehingga mengurangi penguapan.
e) Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : antiperik bekerja untuk menurunkan panas dengan bekerja pada hipotalamus untuk rangsangan penurunan panas.
b. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan iritan kimia: terapi radiasi; kebersihan mulut tak efektif.
Intervensi :
a) Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva
Rasional : kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva, mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva dapat terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok dan mulut.
b) Tunjukkan pasien bagaimana cara menyikat bagian dalam mulut, palatum, lidah dan geligi dengan sering.
Rasional : menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan
c) Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi
Rasional : mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat misal : penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan); pertahanan utama tidak adekuat misal : kerusakan kulit, penyakit kronis, malnutrisi.
Intervensi :
a) Pantau suhu. Catat adanya menggigil dengan atau tanpa demam
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan
b) Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien
Rasional : mencegah kintaminasi silang/kolonisasi bakterial.
c) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Rasional : mungkin digunakan untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan.
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional : mengidentifikasi defisiensi.
b) Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan komsumsi makanan.
c) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dalam porsi hangat.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
d) Beri dan pantau higiene mulut yang baik. Berikan pencuci mulut yang diencerkan apabila mukosa oral luka
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
e) Berikan obat sesuai indikasi misal : vitamin dan suplemen mineral seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (flovite), asam askorbat (vitamin C).
Rasional : meningkatkan efektivitas program pengobatan
e. Diare berhubungan dengan radiasi; keracunan; efek samping obat; proses infeksi
Intervensi :
a) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus
Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji bertanya periode.
b) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare.
Rasional : menghindarkan iritan, meningkatkan istirahat usus.
c) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional : mengobati infeksi supuratif lokal.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Intervensi :
a) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivita, catat laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan melakukan tugas.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi
b) Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
c) Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
Rasional : meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan.
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis; gangguan mobilitas; defisit nutrisi.
Intervensi :
a) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
b) Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah statis
c) Ubah posisi secara periodik bila pasien tidak bergerak atau di tempat tidur
Rasional : meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
5. Evaluasi
a. Suhu tubuh dalam batas nor,al (36°-37°C)
b. Integritas membran mukosa oral kembali normal
c. Tidak terjadi infeksi
d. Kebutuhan nutrisi adekuat
e. Frekuensi BAB kembali normal
f. ADL pasien terpenuhi
g. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
1. Definisi
Lekopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah daripada normal dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm³. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
Leukopenia adalah berkurangnya jumlah eritrosit di dalam darah, jimlahnya sama dengan 5000/mm³ atau kurang. (Poppy, 2000)
Agranulositosis adalah sumsum tulang berhenti membentuk neutrofil, mengakibatkan tubuh tidak dilindungi terhadap bakteri dan agen lain yang akan menyerang jaringan ( Guyton, 1992 )
Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius yang ditandai dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya neutrofil ( Price Sylvia A, 1995 )
Agranulositosis adalah keadaan yang potensial fatal dimana hampir tidak terdapat leukosit polimorfonuklear atau jumlah granulosit yang lebih rendah dari 2000/mm³ ( Brunner, 2002 )
2. Penyebab
Infeksi virus dan sepsis bakterial yang berlebihan dapat menyebabkan leukopenia. Penyebab tersering adalah keracunan obat seperti fenotiazin (yang paling sering), begitu juga clozapine yang merupakan suatu neuroleptika atipikal. Obat antitiroid, sulfonamide, fenilbutazon, dan chloramphenicol juga dapat menyebabkan leukopenia. Selain itu, radiasi berlebihan terhadap sinar X dan γ juga dapat menyebabkan terjadinya leukopenia.
Penyebab dari agranulositosis adalah penyinaran tubuh oleh sinar gamma yang disebabkan oleh ledakan nuklir atau terpapar obat-obatan (sulfonamida, kloramphenikol, antibiotik betalaktam, Penicillin, ampicillin, tiourasil). Kemoterapi untuk pengobatan keganasan hematologi atau untuk keganasan lainnya, analgetik dan antihistamin jika sering serta makin banyak digunakan.
3. Patofisiologi
Lima jenis leukosit yang telah diidentifikasi dalam darah perifer adalah neutrofil (50- 75%), eusinofil (1 – 2%), basofil (0,5 – 1%), monosit (6%), limfosit (25-33%).
Sel mengalami proliferasi mitotik, diikuti fase pematangan memerlukan waktu bervariasi dari 9 hari untuk eusinofil sampai 12 hari untuk neutrofil. Proses ini akan mengalami percepatan bila ada infeksi. Sumsum tulang memiliki tempat penyimpanan cadangan 10 kali jumlah neutrofil yang dihasilkan per hari. Bila infeksi cadangan ini dimobilisasi dan dilepaskan ke dalam sirkulasi. Neutrofil merupakan sistem pertahanan priemer tubuh dengan metode fagositosis. Eusinofil mempunyai fagositosis lemah dan berfungsi pada reaksi antigen antibodi. Basofil membawa faktor pengaktifan histamin. Monosit meninggalkan sikulasi menjadi makrofag jaringan. Limfosit terdiri dari dua jenis yaitu limfosit T bergantung pada timus, berumur panjang dibentuk dalam timus, bertanggung jawab atas respon kekebalan seluler melalui pembentukan sel yang reaktif antigen. Limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel ini bertanggung jawab terhadap kekebalan humoral.
4. Gejala Klinis
a. Pasien tidak menunjukkan gejala sampai terjadi infeksi.
b. Demam dengan ulserasi merupakan keluhan yang tersering.
c. Rasa malaise umum ( rasa tidak enak, pusing)
d. Tukak pada membran mukosa
e. Takikardi
f. Disfagia
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap : hemoglobin dan hematokrit
b. Jumlah eritrosit : menurun (dibawah 5000/mm³ pada lekopenia dan dibawah 2000/mm³ pada agranulositosis.)
6. Penatalaksanaan
Cara paling efektif untuk menangani leukopenia adalah dengan mengatasi penyebabnya (simptomatik). Belum ada pola makan atau diet yang berhubungan untuk menambah jumlah sel darah putih. Setiap obat yang dicurigai harus dihentikan. Apabila granulosit sangat rendah pasien harus dilindungi oleh setiap sumber infeksi. Kultur dari semua orifisium (misal: hidung, mulut) juga darah sangat penting. Dan jika demam harus ditangani dengan antibiotik sprektrum luas sampai organisme dapat ditemukan. Higiene mulut juga harus dijaga. Irigasi tenggorokan dengan salin panas dapat dilakukan untuk menjaga agar tetap bersih dari eksudat nekrotik. Tujuan penanganan, selain pemusnahan infeksi adalah menghilangkan penyebab depresi sumsum tulang. Fungsi sumsum tulang akan kembali normal secara spontan (kecuali pada penyakit neoplasma) dalam 2 atau 3 minggu, bila kematian akibat infeksi dapat dicegah.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, penurunan semangat untuk kerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea, dispnea pada saat bekerja, letargi, lesu kelemahan otot dan penurunan kekuatan, ataksia, tubuh tidak bergerak, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misal : perdarahan GI kronis, menstruasi berat, palpitasi (takikardia kompensasi), demam diraba hangat, kulit memerah.
Tanda : pada tekanan darah : terjadi peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnrmalitas EKG, mil : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T, takikardi, pada ekstremitas (warna) terjadi pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. Sklera : berwarna biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi). Kuku : mudah patah. Rambut : kering, mudah putus, menipis, hiperemia.
c. Makanan/cairan
Gejala : penurunan pemasukan diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dispepsia, anoreksia, adanya penurunan berat badan, BAB sering.
Tanda : lidah tampak merah (defisiensi asm folat, dan vitamin B12), membran mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut, hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis. Bibir : selitis, misal : inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah, faringitis, ulkus mulut.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik
b. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan iritan kimia: terapi radiasi; kebersihan mukut tak efektif.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat misal : penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan); pertahanan utama tidak adekuat misal : kerusakan kulit, penyakit kronis, malnutrisi.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan.
e. Diare berhubungan dengan radiasi; keracunan; efek samping obat; proses infeksi
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis; gangguan mobilitas; defisit nutrisi.
3. Intervensi
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik
Intervensi :
a) Observasi vital sign tiap 8 jam
Rasional : vital sign adalah salah satu pengukuran untuk mengetahui status kesehatan, salah satunya pengukuran suhu untuk mengetahui terjadinya peningkatan suhu tubuh. Bila panas kadang nadi dan respirasi juga mengalami perubahan sehingga perlu diukur.
b) Beri kompres dengan air hangat pada lipatan paha, ketiak, perut, dan dahi.
Rasional : pemberian kompres hangat merangsang penurunan panas melalui efek kerja konduksi.
c) Beri dan anjurkan banyak minum.
Rasional : air merupakan pengatur suhu tubuh, setiap kenaikan suhu tubuh kebutuhan metabolisme akan air juga meningkat dari kebutuhan biasa.
d) Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis hindari penggunaan selimut yang tebal.
Rasional : baju tipis akan mudah menyerap keringat sehingga mengurangi penguapan.
e) Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : antiperik bekerja untuk menurunkan panas dengan bekerja pada hipotalamus untuk rangsangan penurunan panas.
b. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan iritan kimia: terapi radiasi; kebersihan mulut tak efektif.
Intervensi :
a) Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva
Rasional : kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva, mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva dapat terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok dan mulut.
b) Tunjukkan pasien bagaimana cara menyikat bagian dalam mulut, palatum, lidah dan geligi dengan sering.
Rasional : menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan
c) Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi
Rasional : mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat misal : penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan); pertahanan utama tidak adekuat misal : kerusakan kulit, penyakit kronis, malnutrisi.
Intervensi :
a) Pantau suhu. Catat adanya menggigil dengan atau tanpa demam
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan
b) Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien
Rasional : mencegah kintaminasi silang/kolonisasi bakterial.
c) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Rasional : mungkin digunakan untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan.
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional : mengidentifikasi defisiensi.
b) Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan komsumsi makanan.
c) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dalam porsi hangat.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
d) Beri dan pantau higiene mulut yang baik. Berikan pencuci mulut yang diencerkan apabila mukosa oral luka
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
e) Berikan obat sesuai indikasi misal : vitamin dan suplemen mineral seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (flovite), asam askorbat (vitamin C).
Rasional : meningkatkan efektivitas program pengobatan
e. Diare berhubungan dengan radiasi; keracunan; efek samping obat; proses infeksi
Intervensi :
a) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus
Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji bertanya periode.
b) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare.
Rasional : menghindarkan iritan, meningkatkan istirahat usus.
c) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional : mengobati infeksi supuratif lokal.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Intervensi :
a) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivita, catat laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan melakukan tugas.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi
b) Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
c) Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
Rasional : meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan.
g. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis; gangguan mobilitas; defisit nutrisi.
Intervensi :
a) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
b) Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah statis
c) Ubah posisi secara periodik bila pasien tidak bergerak atau di tempat tidur
Rasional : meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
5. Evaluasi
a. Suhu tubuh dalam batas nor,al (36°-37°C)
b. Integritas membran mukosa oral kembali normal
c. Tidak terjadi infeksi
d. Kebutuhan nutrisi adekuat
e. Frekuensi BAB kembali normal
f. ADL pasien terpenuhi
g. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Komentar