CORETAN SUKSES

SAYA PESAING UTAMAKU

Oleh : I Wayan Arsiawan Adi, S.pd, SE, Amd. Kep

Ketika masih bersekolah, yang menjadi pesaing utama untuk mendorong kemajuan adalah teman sekelas. Sering saya iri ketika SD teman saya sudah bisa naik pesawat udara berangkat ke Jakarta untuk mewakili olympiade Matematika. Padahal kemampuan secara akademis tidak jauh berbeda dengan saya. Maka saya berusaha belajar lebih giat lagi, memang saya dendam denganya, tetapi dalam arti positif. Dengan emosi yang meledak-ledak di SMP saya mulai bisa mengalahkannya, saya selalu menduduki rengking tiga besar bahkan tidak jarang saya menjadi juara umum di sekolah. Teman saya mulai tidak kelihatan bahkan rengking di kelaspun dia tidak pernah ia dapatkan. Setelah tamat SMP sangat kasihan melihat nasib Sang Juara matematika di SD tidak bisa melanjutkan lagi karena dia harus berjuang untuk ekonomi keluarga. Saya sangat bersyukur bisa melanjutkan ke Sekolah Keperawatan dan setelah tamat saya langsung diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Setelah bekerja saya mulai menemukan pesaing baru, dimana teman-teman sekantor selalu mebuat saya iri hati. Mereka yang seprofesi, hidupnya jauh lebih baik dari saya.. Mereka bisa membeli mobil bagus. Beberapa dari mereka rumahnya sudah cukup mewah dengan pekarangan nan asri. Saya mulai bertanya kenapa mereka seangkatan di sekolah dengan saya bisa sehebat itu? Semenjak menikah saya mulai berjuang keras. Bersama istri saya selain sebagai pegawai negeri juga berusaha mengembangkan bisnis. Setelah sepuluh tahun baru kami bisa membuktikan. Dari hasil kerja keras itu kami sudah mempunyai beberapa perusahaan, kami bisa membeli beberapa tempat strategis di kota. Anak-anak bersekolah bisa kami antar dengan mobil pribadi. yang cukup mewah. Dan kami pun bisa tidur bersama keluarga di rumah berlantai tiga. Sedang teman yang saya kagumi dulu hidupnya tetap seperti itu. Rumah dan mobilnya juga belum diganti. Hidupnya tidak ada perkembangan yang berarti. Kami sekarang sudah bisa melebihi kehidupan teman saya di kantor.
Mencari pesaing ke luar ternyata tidak cukup kuat untuk memberikan motivasi hidup di jaman global ini. Setelah menjadi orang tua dari dua putra dan seorang putri saya baru sadar bahwa pesaing utamaku adalah diri saya sendiri. Untuk mendorong kemajuanku ternyata saya harus bersaing dengan diri saya sendiri. Saya harus bersaing dengan umur yang selalu berjalan cepat. Bersaing dengan kondidsi kesehatan yang mulai menurung. Bersaing dengan semangat yang lama-lama mulai menudar. Dan yang paling penting bersaing dengan keadaan biaya yang terus bertambah seiring dengan tuntutan biaya sekolah anak-anak yang semakin membengkak. Maka dari itu dibutuhkan kecepatan, semangat dan pengorbanan yang tinggi untuk berjuang menuju puncak karer kehidupan.
Memenangkan persaingan dengan diri sendirilah yang paling berat. Saya berusaha menumbuhkan motivasi dalam diri agar terus mau melanjutkan sekolah sampai anak-anak kuliah nanti. Ketika anak-anak mulai kuliah saya harus rela memberikan kesempatan kepada mereka untuk maju. Kalau nanti anak-anak sudah bekerja dan kesehatan memungkinkan, saya akan melanjutkan kuliah lagi. Kalau saya bersaing dengan teman-teman atau orang lain pastilah setelah pensiun tidak ada pesaing lagi karena mereka umumnya memnganggap setelah pensiun perjuangan sudah berakhir. Padaha sebenarnya perjuangan baru dimulai karena setelah pensiun kita bisa kuliah sesuai hobi dan kesenangan. Kalau masih kerja orang berjuang keras karena tuntutan pekerjaan. Bahkan banyak orang sering terpaksa melanjutkan sekolah karena tututan kareer dan penghasilan. Nah kalau setelah pesiun kita bisa kuliah ini sangat bagus untuk menyalurkan kesenangan dan hobi. Semoga dengan bersaing positif kita selalu siap bersaing dengan diri sendiri!
Selamat menemukan pesaing utama!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOME CARE

STRUKTUR ORGANISASI PPNI

OXYGEN THERAPY (TERAPI OKSIGEN)